Saturday 27 November 2010

Ranitidine


Pemberian dan atau Pemakaian harus dibawah Pengawasan Dokter

Farmakologi

Ranitidine adalah suatu antagonis histamin yang bekerja secara kompetitif dan bersifat reversible pada reseptor histamine H2 di sel-sel parietal dan reseptor histamine H2 di  sel-sel gaster (lambung), tetapi tidak mempunyai efek sebagai antikolinergik.

Ranitidine bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung baik pada kondisi basal maupun pada malam hari (nocturnal), dengan jalan secara kompetitif menghambat aktifitas histamine yang menuju ke reseptor H2 di sel-sel parietal.

Ranitidine juga menghambat sekresi asam lambung yang terangsang oleh adanya makanan, betazole, pentagastrin, caffeine, insulin, dan reflex vagal yang terjadi fisiologis.
Antagonis reseptor H2 secara kompetitif menghambat sekresi histamine termasuk yang keluar akibat terpicu adanya rangsangan pada lambung.
Sekresi gastrointestinal lainnya seperti pepsin, factor intrinsik dan gastrin, tidak dipengaruhi secara bermakna oleh ranitidine

Potensinya 5 – 8 kali cimetidine dalam hal meng-antagonis pentagastrin yang keluar akibat terpicu oleh adanya sekresi asam lambung.

Setelah pemberian secara per-oral, kadar puncak di dalam plasma akan tercapai dalam waktu 1 – 2 jam dan tidak terpengaruh dengan adanya makanan dalam lambung.

Indikasi

  • Sebagai pencegahan dan pengobatan ulkus duodenum, khususnya diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum akut maupun ulkus gaster ringan yang sedang aktif.
  • Mencegah kambuhnya ulkus gastrik
  • Pengobatan hipersekresi asam lambung yang patologis, seperti pada Zollinger-Ellison Syndrome dan Systemic Mastocytosis Syndrome
  • Pengobatan pada perdarahan lambung dan intestinal yang disebabkan ulkus gaster, ulkus doudenum dan gastritis haemorrhagic.
  • Pencegahan aspirasi asam lambung ke dalam paru, sebelum dilakukan pembiusan.

Dosis

Oral
  • Pengobatan ulkus gaster dan ulkus duodenum : 150 mg dua kali perhari, pagi dan sore hari atau 300 mg sebelum tidur malam hari
  • Pengobatan ulkus gaster yang berulang (termasuk Zollinger Ellison Syndrome dan Systemic Mastocytosis Syndrome) : 150 mg dua kali perhari. Dosis dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengobatan dan dapat dilanjutkan sesuai dengan indikasi. Pada kondisi yang berat (serius), dosis dapat ditingkatkan sampai 6 gr perhari.
  • Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal (Creatine clearance < 50 ml/menit): diberikan dosis 150 mg per hari. Jika perlu, frekuensi dapat ditingkatkan setiap 12 jam atau lebih sering.
  • Pada penderita dengan gangguan fungsi hepar, dosis harus dikurangi

Injeksi
  • Harus diberikan perlahan-lahan (2 menit)
  • Intramuskuler : 50 mg/2 ml setiap 6 – 8 jam, tanpa diencerkan
  • Intravena
    • Intermittent Bolus : 50 mg/2 ml setiap 6 – 8 jam. Encerkan dengan NaCl 0,9% atau cairan lain yang sesuai sampai mencapai konsentrasinya tidak melebihi 2,5 mg/ml (20 ml). Injeksikan dengan kecepatan tidak lebih dari 4 ml/menit (5menit) 
    • Intermittent Infus : 50 mg/2 ml setiap 6 – 8 jam. Encerkan dengan Dekstrose 5% atau cairan lain yang sesuai, sampai mencapai konsentrasi tidak lebih dari 0,5 mg/ml (100 ml). Kecepatan infuse tidak lebih dari 5 – 7 ml/ menit (15 – 20 menit). 
    • Continous IV injection : Encerkan dengan Dextrose 5% atau cairan lain yang sesuai. Berikan dengan kecepatan infus tidak lebih dari 6,25 mg per jam. 
    • Pada penderita Zollinger-Ellison Syndrome: Encerkan dengan Dextrose 5% atau cairan lain yang sesuai, sampai konsentrasi tidak melebihi 2,5 mg/ml. Mulailah infus dengan kecepatan 1 mg/kg/jam, setelah 4 jam, bila kadar asam lambung > 10 mEq/jam, dosis dapat dinaikkkan 0,5 mg/kg/jam. Dosis dapat dinaikkan sampai maksimal 2,5 mg/kg/jam atau kecepatan sampai 220 mg/jam. 
    • Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal (creatine clearance < 50 mg/menit) direkomendasikan dosis IM atau IV adalah 50 mg setiap 18 – 24 jam. (jika perlu interval pemberian dapat ditingkatkan tiap 12 jam). Hemodialisa dapat mengurangi kadar ranitidine dalam sirkulasi. Jadi idealnya jadwal pemberian dosis ranitidine hendaknya dipertimbangkan betul dengan jadwal hemodialisa.

Sediaan
  • 150 mg dan 300 mg film-coated tablet 
  • 50 mg/2 ml ampul

Penyimpanan
  • Tablet 150 mg dan 300 mg disimpan di tempat yang dingin dan kering, serta terhindar dari cahaya. 
  • Kemasan injeksi disimpan pada tempat dengan suhu 2° – 25°C, serta terhindar dari cahaya

No comments:

Post a Comment