Monday 24 January 2011

Air Terjun Darah (Blood Falls)



Fenomena alam yang langka terjadi di Antartika, daratan yang dilapisi oleh es. Bagaimana tidak dari sebuah sumber air yang mengalir pada sebuah air terjun, bisa terdapat “aliran darah” yang mengalir terus menerus namun agak lambat. Air terjun darah (Blood Falls), demikian orang menyebutnya, benar-benar ada di  Antartika. Hal ini terjadi di sebuah Gletser di Antartika tepatnya di lembah Mc Murdo wilayah kutub selatan.Sumber dari warna merah darah ini berasal dari danau iar garam yang berada di bawah tanah yang terkutung oleh Gletser Taylor sejak 1,5 – 2 juta tahun yang lalu.

Suhu dalam air sekitar -5 derajat celcius, tetapi karena memiliki tingkat salinitas yang sangat tinggi, air tersebut jadi tidak membeku. Tempat ini juga sangat kaya dengan garam besi.

Saat pertama kali ditemukan oleh seorang ahli geologi, Griffith Taylor, pada tahun 1911, warna merah yang mengalir secara perlahan-lahan tersebut diperkirakan berasal dari ganggang (alga) merah, tetapi ternyata hal tersebut merupakan kejadian alamiah yang membuatnya semakin spektakuler.

Para Ilmuwan memperkirakan cairan seperti darah ini berasal dari mikroba kuno yang terperangkap di dalam celah es

Kira-kira 1,5 - 2 juta tahun yang lalu Gletser Taylor terkurung dibawah aliran air yang mengandung kumpulan mikroba kuno, dan mereka terisolasi disana dibawah lapisan es yang sangat tebal. Secara alami, mikroba ini berkembang secara independen, hidup tanpa cahaya, panas dan oksigen. Peristiwa tersebut disebut sebagai aliran lambat primordial. Dan di sana mereka terperangkap pada suatu kondisi salinitas yang sangat tinggi dan kaya akan zat besi, dari zat besi itulah warna merah dihasilkan.

“Mikroba-mikroba tersebut menggunakan ion-ion sulfat sebagai satu-satunya sumber energinya”, kata Jill Mikucki dari Harvard University. Mikroba-mikroba ini mengubah ion-ion sulfat menjadi sulfit dengan menggunakan suatu sistem yang unik. Sulfit ini, kemudian bereaksi dengan zat besi (iron) menjadi sulfat kembali, dengan bantuan enzym khusus bernama PAPS, atau phosphoadenosine-5'-phosphosulphate-reductase

Air terjun ini terjadi karena adanya sebuah celah atau retakan gletser yang memungkinkan air subglacial tersebut keluar, membentuk air terjun tanpa mencemari ekosistem didalamnya. Keberadaan ekosistem yang terdapat di “aliran darah” ini menunjukkan bahwa adanya kehidupan masih sangat mungkin, meskipun dalam kondisi bumi yang paling ekstrim sekalipun. Para ilmuwanpun akhirnya menduga dari kesimpulan tersebut, bisa sangat mungkin terjadi juga di planet-planet lain seperti Mars dan Yupiter, Air terjun berdarah ini benar benar suatu fenomena alam yang ajaib baik secara visual maupun ilmiah.

No comments:

Post a Comment