Saturday 22 January 2011

Kabut (Fog)



Kabut (Fog) adalah awan lembap yang terjadi pada permukaan bumi yang mengandung jutaan butiran-butiran air yang sangat kecil dan melayang - layang di udara. Kabut mirip dengan awan, perbedaannya, awan tidak menyentuh permukaan bumi, sedangkan kabut menyentuh permukaan bumi. Biasanya kabut bisa dilihat di daerah yang dingin atau daerah yang tinggi. 

Sama dengan awan, kabut (Fog) terdiri dari tetesan-tetesan air yang sangat halus namun pada kondisi tertentu dapat disertai kristal es. Tetesan-tetesan air ini akan menghamburkan semua sinar matahari yang masuk ke dalam kabut, sehingga sukar sekali melihatnya. Padahal, pada saat udara sangat bersih, jarak pandang bisa mencapai 160 km, bahkan lebih.

Pada umumnya, kabut terbentuk ketika udara yang jenuh akan uap air mengalami kondensasi atau penurunan suhu sampai mencapai di bawah titik bekunya dan sebagian dari uap airnya akan mengembun. Debu halus dalam udara menjadi inti untuk pengembunan tadi. Akibatnya bertebaranlah butiran-butiran air yang sangat halus dalam udara, yang kita sebut dengan kabut.

Secara umum , kabut (Fog) didefinisikan sebagai kondisi dimana visibility kurang dari 200 m dan kabut tebal (dense Fog) adalah kondisi visibility kurang dari 50 m. Di laut definisi tersebut berbeda , kabut (Fog) adalah kondisi dengan visibility kurang dari 1000 m dan kabut tebal (dense Fog) adalah kondisi dengan visibility kurang dari 200 m.

Kabut juga dibedakan berdasarkan letaknya,  menjadi kabut tanah, yaitu kabut yang tedapat di dekat permukaan tanah,  timbulnya malam menjelang pagi hari, kalau matahari mulai bersinar,  kabut akan berkurang.  Yang kedua adalah kabut laut, yaitu kabut yang timbul di atas air (laut, danau, atau rawa-rawa) ketika di atas air yang hangat mengalir udara dingin. 

Jika udara tersebut berada di atas daerah perindustrian, udara itu mungkin juga mengandung asap yang bercampur kabut membentuk kabut berasap, campuran yang mencekik dan pedas yang menyebabkan orang terbatuk. Di kota-kota besar, asap pembuangan mobil dan polutan lainnya mengandung hidrokarbon dan oksida-oksida nitrogen yang dirubah menjadi kabut berasap fotokimia oleh sinar matahari. 

Ozon dapat terbentuk di dalam kabut berasap ini menambah racun lainnya di dalam udara. Kabut berasap ini mengiritasikan mata dan merusak paru-paru. Seperti hujan asam, kabut berasap dapat dicegah dengan mengehentikan pencemaran atmosfer.

Tempat yang paling berkabut di dunia adalah Grand Banks di lepas pantai pulau Newfoundland, Kanada. Hal ini dikarenakan tempat ini merupakan pertemuan arus Labrador yang dingin dari utara dengan arus Teluk yang hangat dari selatan. Daratan yang paling berkabut di dunia terletak di Point Reyes, California dan Argentia, Newfoundland, yang diselimuti kabut lebih dari 200 hari dalam setahun.

Kabut juga dapat terbentuk dari uap air yang berasal dari tanah yang lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air ini berkembang dan menjadi dingin ketika naik ke udara. Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30º C dapat mengandung uap air sebangyak 30 gr uap air per meter kubik, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20º C udara hanya dapat menahan 17 gr uap air. Sebanyak itulah yang dapat ditahannya pada suhu tersebut. Nah, udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.

Ketika suhu udara turun dan jumlah uap air melewati jumlah maksimum uap air yang dapat ditahan udara, maka sebagian uap air tersebut mulai berubah menjadi embun. Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan udara menahan uap air bertambah. Menurut istilah yang diakui secara internasional, kabut adalah embun yang mengganggu penglihatan hingga kurang dari 1 Km.

Jenis-jenis kabut 

Selain kabut tanah dan kabut laut, dikenal juga beberapa jenis kabut yang lain, yaitu:
  • Kabut Adveksi
  • Kabut Frontal
  • Kabut Radiasi
  • Kabut Gunung
  • Kabut Angin
  • Kabut Basah
  • Kabut Es
  • Kabut Lembah
  • Kabut uap
  • Kabut Udara Tropis
Kabut Advection

Kabut Adveksi, adalah kabut yang terbentuk karena adanya adveksi udara basah atau aliran udara yang melalui suatu permukaan, yang memiliki suhu lebih dingin. Salah satu contoh kabut ini adalah kabut Laut yang terjadi ketika udara basah dan hangat mengalir di atas suatu permukaan yang dingin. Kabut laut sering muncul di sepanjang pesisir pantai dan di tepi-tepi danau.

Kadang pada pembentukan kabut adveksi ini diperkuat dengan adanya pendinginan permukaan bumi yang di sebabkan oleh radiasi bumi pada malam hari. Kabut adveksi biasanya terjadi dalam musim dingin, yaitu pada waktu daratan lebih dingin dari lautan. Angin yang bertiup dari laut ke daratan membawa serta udara yang jenuh dengan uap air. Setelah sampai di daratan, suhu udara ini turun, sehingga sebagian dari uap airnya, mengembun.

Salah satu jenis yang lain dari Kabut Advection disebut Kabut Uap. Kabut ini terbentuk dari aliran udara dingin yang melalui air hangat. Uap air dari hasil penguapan permukaan air secara terus menerus, bertemu dengan udara dingin. Ketika udara mencapai titik jenuh, maka kelebihan uap air secara cepat mengembun menjadi kabut yang berasal dari penguapan permukaan air. Kabut Uap sering muncul pada saat udara dingin bertiup di atas danau yang luas dan bertiup diatas danau yang hangat.

Kabut Frontal

Kabut Frontal, terbentuk melalui suatu pertemuan antara dua masa udara yang berbeda temperaturnya. Kabut ini terbentuk ketika hujan turun dari masa udara yang hangat ke dalam masa udara yang dingin tempat uap air menguap. Dengan demikian akan menyebabkan uap air pada udara dingin melampau titik jenuh.

Kabut Radisi

Kabut Radiasi, terbentuk karena adanya pendinginan permukaan bumi yang disebabkan oleh radiasi panas bumi pada malam hari. Karena udara merupakan penghantar yang kurang baik , maka pendinginan udara hanya setebal beberapa centimeter dari permukaan bumi dan nampak sebagai satu lapis kabut yang terbentuk di seluruh permukaan tanah, dan secara bertahap bertambah menjadi tebal. Kabut Radiasi sering muncul di lembah-lembah yang dalam.

Kabut Radiasi tidak hanya terjadi pada musim dingin saja. Sepanjang hari, terutama dalam terik matahari, air dari sungai, rawa, dan danau banyak menguap, sehingga udara di atasnya mengandung banyak uap air. Pada malam hari dan cuaca tidak berawan, udara panas yang mengandung uap air tadi akan memancarkan sebagian dari panasnya., sehingga suhunya turun. Uap air mulai mengembun dan membentuk tetesan - tetesan air yang sangat halus, sehingga terbentuklah kabut. Kabut yang terbentuk dengan cara ini disebut kabut radiasi.

Ada beberapa kondisi yang diperlukan untuk terbentuknya kabut radiasi, yaitu :
  • Temperatur titik embun yang cukup tinggi. 
  • Adanya proses pendinginan yang cukup memadai pada malam hari. 
  • Adanya turbulansi dan angin yang lemah.
Kabut Gunung

Kabut gunung, terbentuk ketika uap air bergerak menuju ke atas melewati lereng-lereng gunung. Udara dingin bergerak ke atas lereng sampai tidak sanggup menahan uap air. Titik-titik kabut kemudian terbentuk di sepanjang lereng gunung.

Proses Terjadinya Kabut

Awan yang melayang rendah di puncak bukit menyebabkan udara menjadi dingin, berkabut dan lembap. Sebab awan mengandung banyak butiran air yang sangat kecil. Awan terbentuk dalam udara yang naik. Udara mengandung uap air yang tidak terlihat.

Saat udara naik, suhunya bertambah dingin. Udara dingin tak mampu menahan begitu banyak uap, sehingga sebagian uap berubah menjadi butiran kecil atau membeku menjadi kristal es, lalu membentuk awan. Sedangkan apabila akan adanya kabut, langit tidak berawan sama sekali, udara banyak mengandung uap atau lembap, dan angin bertiup sepoi – sepoi.

Dari pengamatan yang telah kami lakukan, diketahui bahwa ada perbedaan tentang terjadinya kabut di daerah dataran rendah dan daerah dataran tinggi. Di daerah dataran rendah, kabut terjadi setelah adanya hujan. Sedangkan di daerah dataran tinggi, kabut terjadi sebelum adanya hujan. Pada dasarnya, pembentukan kabut ditentukan oleh kelembapan dan suhu udara. Semakin lembap udara, semakin cepat terjadi proses kondensasi. 

Oleh karena letak gunung jauh dari laut, udara cenderung semakin kering, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama menuju ke titik kondensasi, karenanya pembentukan awan terjadi pada elevasi yang lebih tinggi, sebaliknya pada daerah dataran rendah yang dekat dan menghadap ke pantai, kelembapan yang tinggi menyebabkan terjadinya pembentukan awan pada elevasi yang sangat rendah.

Molekul-molekul udara akan menyatu ketika udara mendingin. Udara bergerak lebih lambat dan kembali bergerak lebih cepat ketika udara mulai memanas. Sinar matahari memanasi lautan, sungai, dan danau. Pemanasan membuat molekul-molekul air bergerak lebih cepat dan terpisah dari molekul yang lainnya. Molekul-molekul itu kemudian bergerak ke udara yang disebut evaporasi. Evaporasi dapat terjadi di lautan, sungai, danau, dan tumbuh-tumbuhan

Ketika permukaan tanah dan air terkena sinar matahari, udara dari daerah lembah naik ke lapisan yang lebih tinggi. Akibatnya, udara menjadi lebih dingin dan lama-kelamaan akan menjadi tetes-tetes awan. Perhatikan gambar proses terjadinya hujan di bawah ini.

Selanjutnya terjadi difusi dan tumbukan antara tetes-tetes awan hingga menghasilkan tetes-tetes awan yang berukuran besar. Tetes-tetes awan inilah yang selanjutnya akan menjadi air hujan. Perhatikan gambar tetes-tetes air hujan di bawah ini.

Ketika terjadi pembentukan tetes-tetes awan, tidak semua menjadi hujan. Udara yang kondisinya basah dan kecepatan angin yang tidak terlalu kuat, sangat membantu dalam pembentukan awan untuk menghasilkan hujan. Ketika uap air naik ke atmosfer, uap tersebut kemudian akan mendingin dan berubah kembali menjadi butiran-butiran air. Uap air yang naik ke atmosfer akan mendingin dan berubah menjadi butiran-butiran air. Uap air di udara yang terkondensasi diubah menjadi butiran-butiran air.

Uap air yang berasal dari tanah yang lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan membentuk kabut. Uap air ini berkembang dan menjadi dingin ketika naik ke udara. Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30º C dapat mengandung uap air sebanyak 30 gr uap air per m³, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20º C udara hanya dapat menahan 17 gr uap air. Sebanyak itulah yang dapat ditahannya pada suhu tersebut. Nah, udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.

Kabut biasanya terjadi ketika langit tidak berawan sama sekali, udara banyak mengandung uap atau lembap, dan angin bertiup sepoi-sepoi. Di daratan, kabut umumnya terjadi pada waktu malam hari dan kadan-kadang menghilang menjelang pagi. Sedangkan kabut di laut dapat terjadi sepanjang hari.

Ketika suhu udara turun dan jumlah uap air melewati jumlah maksimum uap air yang dapat ditahan udara, maka sebagian uap air tersebut mulai berubah menjadi embun. Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan udara menahan uap air bertambah. Menurut istilah yang diakui secara internasional, kabut adalah embun yang mengganggu penglihatan hingga kurang dari 1 Km.

Pagi yang sangat berkabut bisa kelihatan sangat mendung, tetapi kabut mungkin hanya menutupi hingga ketinggian 200 meter. Di atasnya matahari bisa saja tetap bersinar.

No comments:

Post a Comment