Saturday 20 August 2011

Pemanfaatan Enceng Gondok


Eceng gondok merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal.

Eceng Gondok yang bahasa latinnya bernama Eichornia Crassipes, merupakan gulma air yang sering bikin gondok para petani, karena tumbuh di sawah berebut unsur hara dengan tanaman budidaya (padi).  Juga sering bikin kesel petugas ulu-ulu karena menjadi biang mampet saluran air dan pendangkalan. Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan antara lain :
  1. Tumbuhan Eceng Gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan;
  2. Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air;
Asal Usul Eceng Gondok

Tanaman asal Brasil yang didatangkan Kebun Raya Bogor pada tahun 1894, dahulu merupakan tanaman hias yang digandrungi karena bunganya yang berwarna ungu sangat menarik sebagai penghias kolam seperti Teratai. Kini kehadiran Eceng Gondok malah bikin gondok seperti yang terjadi di Bendungan Walahar dan daerah aliran sungai (DAS) lainnya di wilayah Kab. Karawang.

Eceng gondok berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif yang hanya membutuhkan waktu 2 – 4 hari maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2. Heyne (1987) menyatakan bahwa dalam waktu 6 bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1 ha dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton dan dalam 1 ha diperkirakan dapat tumbuh sebanyak 500 kg/hari.

Perkembangbiakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma (tanaman pengganggu) di beberapa wilayah perairan di Indonesia. Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh pada bibir-bibir pantai sampai sejauh 5-20 m. Perkembangbiakan ini juga dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah perairan danau (eutrofikasi), sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi lahan, berbagai aktivitas masyarakat (mandi, cuci, kakus/MCK), budidaya perikanan (keramba jaring apung), limbah transportasi air, dan limbah pertanian.

Eceng Gondok yang pada mulanya hanya dikenal sebagai tanaman gulma air, karena pertumbuhannya yang begitu cepat sehingga menutupi permukaan air, dan menimbulkan dampak pada menurunnya produksi di sektor perikanan juga menimbulkan permasalahan lingkungan lainnya, seperti cepatnya penguapan perairan. Namun, dilain sisi Eceng Gondok juga memberikan nilai tambah yang cukup prospektif.

Manfaat Eceng Gondok

Menurut penelitian, Eceng Gondok kaya asam humat yang menghasilkan Senyawa Fitohara yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman.  Selain itu Eceng Gondok juga mengandung Asam Sianida, Triterpenoid, Alkaloid, dan kaya Kalsium.

Selain mengandung zat-zat seperti di atas, Eceng Gondok sebenarnya memeiliki beberapa manfatat yang berguna bagi masyarakat antara lain dengan menjadikannya sebagai pupuk organik oleh masyarakat penghuni DAS, karena selain untuk menambah penghasilan mereka juga untuk mengurangi populasi Eceng Gondok di perairan.

Sesungguhnya masih banyak lagi manfaat Eceng Gondok tersebut, misalnya sebagai  bahan perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.

Di Bantul, Jogjakarta, Eceng Gondok digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk kerajinan tangan dengan dibuat sandal, tas, pigura dll, yang mempunyai nilai ekonomi cukup prospektif, guna meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di bantaran kali (DAS).

Pembuatan Pupuk Organik Eceng Gondok

Eceng Gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai.  Mengangkat Eceng Gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan untuk dijadikan pupuk bisa dilakukan secara sederhana. Namun, agar lebih cepat, bisa dibantu dengan menambahkan decomposer yang banyak dijual di Toko Saprotan (Contoh Em-4 dll).

Eceng Gondok dicacah, campur 10% dedak halus tambahkan Em-4 kemudian tutup pakai terpal plastik selama 4 hari.  Selanjutnya, suhu akan meningkat 50 derajat celcius yang menandakan proses fermentasi tengah berlangsung. Fermentasi selesai setelah suhu menurun hingga 30 derajat celcius.

Pemanfaatan Pupuk Eceng Gondok

Pembuatan Pupuk OrganikPemanfaatan pupuk organik Eceng Gondok untuk pemupukan beragan jenis sayuran seperti Bayam, Cabe, Tomat, Terong dan buah-buahan.

Enceng Gondok sebagai bahan Kertas

Salah satu upaya lain yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma eceng gondok di kawasan perairan danau adalah dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk kerajinan kertas seni. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung serat/selulosa (Joedodibroto, 1983). Pulp eceng gondok yang dihasilkan berwarna coklat namun dapat diputihkan dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat menyerap zat pewarna yang diberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna kertas dapat dihasilkan melalui proses ini. Kertas seni yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan berbagai barang kerajinan seperti kartu undangan, figura, tempat tissue dan perhiasan.

Eceng gondok jika diolah dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk, mulsa, media semai, pakan ternak, dan pulp/kertas. Di Jawa Tengah dan di Balige sendiri sudah dikembangkan sebagai bahan baku anyaman. Peluang bisnis ini relatif lebih potensial jika dikembangkan di perkotaan. Merupakan suatu tantangan berbagai stakeholder untuk mencarikan sasaran target-target pemasarannya.

Teknologi pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas seni

Teknologi pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas seni sangat sederhana. Untuk  meningkatkan mutu kertas yang diproduksi, kertas eceng gondok dicampur dengan pulp kertas bekas.

Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku eceng gondok diambil dari pinggiran Danau Toba. Bagian tumbuhan ini yang diambil adalah bagian batangnya saja, dengan asumsi di bagian batang inilah terdapat paling tinggi seratnya. Bagian pangkal dan daun sebenarnya dapat juga digunakan, akan tetapi dapat menimbulkan sedikit kesulitan dalam proses penggilingannya. Bagian daun relatif lebih susah digiling/di-blender. Bagian batang eceng gondok ini kemudian dirajang dan dikeringkan sampai mencapai kering udara. Proses ini dimaksudkan agar pada saat pemasakan, NaOH dapat diserap dengan baik oleh eceng gondok. Di samping itu, prosespengeringan ini diperlukan untuk mengurangi volume dari eceng gondok yang sangat volumenous.
 
Dari kegiatan penelitian yang dilakukan diketahui kadar air eceng gondok segar sebesar 1.676,56% atau mengandung air sebanyak 94,25%, dengan rendemen pulp dalam kondisi kering tanur sebesar 3,6%. Dari pemanenan seluas 1 m2 eceng gondok mempunyai bobot segar sebesar 28 kg yang sebagian besar
(84%) berupa batang. Panjang batang/pelepah dapat mencapai 87 cm dengan diameter antara 1-3 cm. Dilihat dari angka tersebut diketahui rendemen yang dihasilkan sangat rendah. Kemungkinan karena hal inilah yang menyebabkan bahan baku ini kurang diminati dalam rangka produksi kertas dalam skala besar, walaupun potensi dan perkembangbiakan dari eceng gondok ini tergolong tinggi.

Proses Pulping Eceng Gondok

Eceng gondok yang sudah dalam keadaan kering udara dimasak dalam tong pemasak dengan perbandingan 1 kg eceng gondok : 4 lt air : 10 gr NaOH. Pemberian NaOH dimaksudkan untuk mempercepat proses pemisahan serat. Proses pulping/pemasakan dilakukan pada suhu air mendidih selama 3 jam. Pada masa 3 jam ini berakhir, akan didapat eceng gondok dalam bentuk bubur yang menyatu dengan air. Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Sisa larutan pemasak dapat digunakan kembali dalam proses pemasakan berikutnya

Proses Penggilingan Kertas Bekas

Proses penggilingan kertas bekas yang sudah direndam, dilakukan terpisah dengan proses penggilingan eceng gondok. Pada saat penggilingan kertas bekas, ditambahkan perekat PVAc kurang lebih 5% dari berat kertas. Proses penggilingan juga masih dilakukan pada pulp eceng gondok, mengingat pada proses pulping tidak dapat menghasilkan serat-serat lebih halus dan seragam. Dari segi teknis produksi, kertas koran bekas lebih mudah digiling, akan tetapi lebih susah dalam pewarnaan. Waktu pencetakan lembaran lebih lama karena pengaruh serat-serat pendek dari kertas koran yang menyulitkan air keluar. Kertas bekas berwarna putih seperti HVS lebih susah digiling akan tetapi lebih mudah dalam pewarnaan dan proses pencetakan lembaran.

Pencetakan Lembaran

Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran pulp kertas bekas dan pulp eceng gondok. Persentase dari campuran pada intinya dapat dilakukan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung hasil kertas yang kita inginkan. Untuk lebih menonjolkan serat dari eceng gondok, dibuat persentase eceng gondoknya lebih besar. Pewarnaan dapat dilakukan sebelum proses pengenceran dan diupayakan dikondisikan beberapa jam agar warna yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh pulp. Pengenceran adonan campuran pulp ini perlu dilakukan agar dapat diproduksi kertas yang tipis. Karena alat yang digunakan adalah manual, maka ketebalan kertas yang dihasilkan akan sangat variatif antar kertas maupun dalam satu lembaran kertas. 

Perlu keterampilan dan pengalaman agar pada proses pencetakan dapat menghasilkan ketebalan kertas yang relatif seragam. Sebagai gambaran produksi, dari hasil percobaan pengolahan 1 kg eceng gondok kering dapat menghasilkan 262 lembar kertas seni dengan ukuran 330 x 215 x 0,21 mm.

Pengeringan Kertas

Dengan menggunakan screen, kertas dicetak dan dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada bidang yang kaku. Proses pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari. Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering. Apabila kondisi mendung, dapat juga dilakukan pengeringan dalam ruangan dengan jalan diangin-anginkan, walaupun kelihatannya kualitas kertas di bawah sinar matahari lebih bagus. Untuk skala yang lebih besar perlu dipikirkan untuk membuat alat pengering misalnya dengan membuat ruang pengering dari plat/kaca atau dengan mengkombinasikan dengan tungku pembakaran.

Kualitas Kertas

Pemanfaatan kertas seni umumnya sebagai kertas seni, sehingga penilaian kualitas kertas didasarkan pada keindahan relatif dari kertas. Berbeda dengan penilaian kualitas kertas sebenarnya yang menilai kualitas dari kekuatan tarik, kekuatan sobek, gramatur, dan lain-lain. Kertas seni dengan campuran eceng gondok memiliki penampilan yang lebih indah karena menampilkan serat-serat yang muncul di permukaan kertas. Berbeda dengan kertas tanpa campuran eceng gondok, kurang memiliki nilai artistik yang tidak jauh beda dengan kertas-kertas biasa.



No comments:

Post a Comment