Friday 12 August 2011

Tuatara



Tuatara adalah nama sejenis kadal yang banyak hidup di Selandia Baru. Nama “tuatara” berasal dari bahasa Maori (nama suku asli Selandia Baru) berarti “paruh di punggung” untuk menggambarkan penampilan fisiknya. Tuatara juga dikenal sebagai “fosil hidup” karena fosil tuatara tertua yg ditemukan berusia lebih dari 200 juta tahun. Reptil ini terkenal karenabisa berumur amat panjang dibanding reptil lainnya. Di alam liar, mereka diperkirakan rata-rata berusia 60 tahun. Tuatara tertua yg dipelihara manusia bernama Henry, yg Januari 2009 lalu genap berusia 111 tahun.

Tuatara sering juga disebut dengan nama “kadal bermata tiga” karena ia memiliki “mata” di daerah ubun-ubunnya. Mata ketiga ini memiliki bagian-bagian yg dimiliki oleh mata biasa, seperti lensa, kornea, retina, namun saluran syaraf optik ke otaknya tidak berkembang.

Mata ini paling jelas terlihat pada tuatara muda. Pada tuatara dewasa, matanya tertutup oleh semacam selaput yg warnanya menyerupai kulit. Fungsi mata ketiga ini belum diketahui karena tidakbisa memfokuskan objek seperti mata biasa, namun diperkirakan mata ini merupakan semacam organ pineal untuk mengenali perubahan iklim di sekitarnya. Beberapa mamalia seperti tikus & beruang juga memiliki organ pineal ini sebagai sensor terhadap perubahan musim, sehingga merekabisa bangun tepat di awal musim semi saat berhibernasi Tuatara tumbuh & bereproduksi amat lambat. Ia baru mencapai usia kematangan seksual pada umur 10 tahun & terus bertumbuh hingga usia 35 tahun (ukuran maksimal tuatara sendiri hanya sepanjang 80 cm).

Musim kawin tuatara biasanya terjadi pada pertengahan musim panas. Pada masa bercumbu ini, tuatara jantan akan mengubah warnanya menjadi gelap, lalu kawin dengan betinanya. Waktu yg diperlukan tuatara betina untuk bertelur mulai dari pembuahan sampai pengeluaran telur sekitar 2-5 tahun. Itu artinya, tuatara betina hanyabisa bertelur kurang lebih 5 tahun sekali. Tidak diketahui berapa usia maksimal tuatara masih bisa bereproduksi.

Keragaman genetik yang rendah sering dikaitkan dengan kerentanan terhadap patogen baru dan keberhasilan reproduksi rendah, tetapi memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan lingkungan di masa depan.
Tuatara pernah hidup di seluruh daratan Selandia Baru, tetapi saat ini di alam liar hanya terdapat di sekitar 30 pulau lepas pantai, yang memiliki karakteristik bebas dari ancaman predator seperti tikus dan predator mamalia lain yang memangsa Tuatara muda dan telur-telur Tuatara. Pulau-pulau yang biasanya ditempati oleh koloni kadal, mamalia dan burung laut yang sedang berkembang biak, dibutuhkan oleh Tuatara untuk bertahan hidup.

Hanya ada dua jenis tuatara yang diakui asli Selandia Baru yang terdiri dari dua subspesies. Yang pertama adalah The northern tuatara  / Tuatara Utara / Sphenodon punctatus punctatus yang ada di pulau-pulau dari Bay of Plenty utara. Sedangkan Tuatara yang kedua adalah The Cook Strait tuatara/Tuatara Selat Cook/S. punctatus, subspesies yang terdapat di Takapourewa (Stephens Island) dan Kepulauan Trio di Marlborough Sounds. 

Spesies Tuatara lainnya yang terdapat di Pulau Brothers adalah S. guntheri. Pulau ini terletak  sedikit lebih jauh dari Kepulauan Marlborough Sounds. Tuatara jenis ini sedikit lebih kecil badannya dibandingkan dengan dua subspecies di atas. Penelitian DNA tuatara dan data allozyme untuk semua populasi menyimpulkan Tuatara digambarkan sebagai spesies tunggal terbaik yang berisi varian geografis yang khas dan penting.

Tuatara jantan memiliki tubuh yang lebih besar dari pada tuatara betina dan memiliki punggung lebih menonjol dan dipenuhi duri seperti iguana di sepanjang punggungnya. Tuatara jantan & betina akan mencapai usia dewasa secara seksual saat berumur 15 sampai 20 tahun. Seperti reptil lainnya, suhu atau temperature sangat berpengaruh dalam penentuan jenis kelamin bayi tuatara yang akan menetas. Jika suhu panas maka akan menetas Tuatara jantan, maka dari itu Tuatara sulit mencari pasangan bila terjadi pemanasan global.

Tuatara juga hewan yang sangat unik karena Tuatara dapat menahan nafas mereka selama satu jam di bawah air. Tuatara tumbuh sangat lambat dan akan berhenti tumbuh pada usia 35 tahun tapi tuatara bisa hidup hidup sampai lebih dari 100 tahun.  Seperti reptil lain, Tuatara adalah hewan berdarah dingin, tuatara aktif di malam hari untuk berburu makanan, terutama serangga, kadal, burung laut dan telur ayam. Tuatara lebih suka cuaca dingin, tapi mereka sangat suka dan sering berjemur di bawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuh mereka. 

Tuatara dewasa lebih suka keluar ada malam hari, sedangkan tuatara remaja lebih suka berburu makanan pada siang hari, hal ini dilakukan untuk menghindari dimakan oleh tuatara dewasa pada malam hari. Sebelum waktunya keluar, tuatara memanfaatkan liang yg dibuat burung-burung laut untuk bertelur sebagai tempat bernaung. Kotoran yg ditinggalkan burung-burung ini membantu menarik serangga-serangga kecil yg menjadi makanan favorit tuatara.

Tuatara juga diketahui memakan telur & anak-anak burung jika kebetulan induknya tidak ada. Bila ada pengganggu yg memasuki liangnya, tuatara tidak segan-segan menggigit lawannya. Gigitanya sangat kuat & bisa menyebabkan luka serius pada manusia. Konon, tuatara tidak akan melepaskan gigitannya sampai bagian tubuh penyerangnya terputus!

Warna tuatara berkisar dari hijau zaitun, sampai coklat dan oranye-merah dan mereka dapat mengubah warna kulit selama hidupnya. Tuatara juga mengalami masa shedding atau berganti kulit yang biasanya terjadi setahun sekali. Tuatara sering ditemukan hidup di liang tua yang sebelumnya digali oleh burung laut, saat menetas, tuatara menggunakan gigi mereka yang berbentuk seperti sebuah paku di ujung moncong mereka untuk keluar dari telur mereka. Gigi ini akan tanggal pada tiga minggu pertama setelah menetas. 

Tuatara jantan memiliki lambang khas dari duri di sepanjang leher dan punggung yang bisa dikembangkan dan digunakan untuk menarik perhatian tuatara betina atau saat berkelahi dengan pejantan lain. Yang lebih keren lagi, Tuatara betina bisa menyimpan sperma jantan sampai bertahun-tahun.



No comments:

Post a Comment