Friday 30 September 2011

Burung Hantu


Edisi Makin Lengkap (20 September 2013)

Burung hantu (owl ; Tyto alba) adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal).  

Burung hantu terdiri dari berbagai spesies dan penyebarannya sangat luas ke beberapa benua. Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil. Masing-masing spesies burung hantu memiliki suara khas tersendiri. Juga, antara burung tua dan muda, jantan dan betina kadang berbeda secara signifikan. 

Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya disebut Burung Hantu. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni.

Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajamelang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang. seperti paruh

Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.

Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.

Kebiasaan 

Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari.

Burung hantu memiliki mata yang menghadap ke depan, dengan ketajaman 3 kali mata manusia, sehingga memungkinkannya mengukur jarak dengan tepat; paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat; dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam.

Struktur bulu pada burung hantu memungkinkan suara yang timbul akibat pergerakan sayap pada saat terbang dapat diredam. Tepian sayap burung hantu memiliki jumbai-jumbai yang sangat halus. Fungsinya untuk meredam bunyi kepakan sayap. Akibatnya, mangsa tidak mampu mendeteksi pergerakan burung hantu. 

Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara.

Burung hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain. Burung hantu dimanfaatkan perusahaan perkebunan sawit yang beroperasi di Riau sebagai predator alami pembasmi hama tikus.

Sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.

Burung Hantu Hutan

Spesies ini memiliki populasi kecil. Baru-baru ini, diketahui bahwa spesies ini hanya ada pada kurang dari 10 lokasi, di India tengah. Penurunan populasi ini dimungkinkan akibat dari hilangnya habitat hutan gugur sebagai tempat perkembang biakannya. 

Galeri Gambar








 

Berang-berang

Berang-berang merupakan anggota dari bangsa Carnivora dan suku Mustelidae yang tergabung ke dalam anaksuku Lutrinae. Berang-berang dibedakan dari anggota suku Mustelidae lainnya dari telapak kaki yang memiliki selaput renang serta tubuh ditutupi rambut rapat yang tidak mudah basah sehingga memudahkannya dalam berenang mencari mangsa. Hewan ini menempati berbagai habitat lahan basah seperti sungai, danau, rawa, sawah, pesisir serta di laut lepas. Di seluruh dunia berang-berang memiliki 13 jenis dengan penyebaran hampir tersebar di seluruh dunia kecuali pada  daerah Australia. Dari ke 13 jenis yang ada di seluruh dunia, Indonesia memiliki empat jenis berang-berang yaitu Lutrogale perspicillata, Lutra lutra, Lutra sumatrana dan Aonyx cinereus.

Dua dari empat jenis tersebut, L. lutra dan L. sumatrana termasuk ke dalam hewan yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999. Dalam pengaturan perdagangan satwa, CITES telah memasukkan jenis berang-berang di Indonesia ini ke dalam daftar Appendixnya. L. lutra termasuk Appendix I, sedangkan tiga jenis lainnya termasuk Appendix II.

Jenis berang-berang di Indonesia:

1. Lutrogale perspicillata (Geofroy Saint-Hilaire, 1826) – Berang-berang bulu licin

Jenis ini merupakan berang-berang dengan ukuran tubuh paling besar untuk jenis berang-berang yang ada di Indonesia dengan panjang total mencapai 1,2m dan berat 11 Kg. Berang-berang ini hidup berkelompok dalam satu keluarga terdiri dari seekor jantan, seekor betina dan beberapa ekor anaknya. Makanan utamanya adalah ikan, mereka juga memakan udang, kepiting, serangga, katak, burung dan tikus. 

2. Lutra lutra (Linnaeus, 1758) – Berang-berang Utara

Berukuran sekitar 1 m dengan berat 7 kg. Memiliki selaput dan cakar yang berkembang baik. Jenis ini tersebar dari Eropa sampai Asia. Jenis ini menempati berbagai habitat lahan basah yaitu habitat air tawar, payau dan air laut, sungai dataran rendah dan tinggi, danau, rawa, persawahan dan pesisir pantai. Umumnya memakan ikan khususnya yang bergerak lambat, tetapi juga memakan burung air, udang dan katak. Hewan ini hidup soliter.

3. Lutra sumatrana (Gray, 1865) – Berang-berang hidung berbulu
Berang-berang ini memiliki bentuk yang mirip dengan Lutra lutra tetapi dengan ciri khas pembedanya yaitu rhinarium (bantalan  hidung) yang ditumbuhi rambut, sedangkan Lutra lutra tidak ditumbuhi rambut. Jenis ini merupakan berang-berang yang paling langka dan dicari. Setelah spesimen tipenya yang dideskripsikan oleh Gray pada tahun 1865, di Sumatera hanya pernah ditemukan kembali pada tahun 2005 dengan menemukan bangkai terlindas mobil di pinggir jalan dekat sungai Musi. Sebelum dan sesudahnya tidak pernah didapatkan informasi yang akurat tentang keberadaannya di Sumatera. Namun, penelitian tentang jenis ini lebih berkembang di negara lain seperti di Kamboja, Thailand dan Vietnam. Jadi, informasi tentang ekologi hewan ini masih sangat sedikit. 

4. Aonyx cinereus (Illiger, 1815) – Berang-berang cakar kecil

Hewan ini merupakan berang-berang terkecil di dunia. Dengan panjang kira-kira ukuran 65 sampai 70 cm dan berat sekitar 5 kg, berang-berang ini termasuk jenis yang paling sosial. Mereka hidup berkelompok dengan jumlah anggota dapat mencapai lebih dari 20 individu dalam satu kelompok. Jenis ini lebih toleran terhadap aktifitas manusia, bisa hidup dengan mencari makan keong mas dan ikan-ikan kecil di sawah. Berang-berang ini menyukai kepiting, ikan dan keong mas.

Peranan ekologis berang-berang

Berang-berang merupakan top carnivore, dan bisa juga disebut sebagai harimaunya lahan basah. Hewan ini berada di puncak dari piramida makanan, sehingga keberadaan hewan ini merupakan sebagai indikator lingkungan/habitat yang masih baik. Berang-berang sering dianggap sebagai hama oleh petani ikan, padahal hewan ini memiliki fungsi ekologis yang sangat besar. Dengan fungsinya menjaga keseimbangan ekosistem, hewan ini bermanfaat dalam mengontrol hama kepiting dan keong mas di sawah. Keberadaan hewan ini juga menjaga agar populasi ikan tetap sehat karena berang-berang akan memakan ikan lemah dan sakit yang mudah tertangkap. Oleh karena itu gunakan kearifan lokal yang telah ada pada masyarakat sehingga budidaya ikan tidak terganggu, namun tidak membahayakan bagi berang-berang.

Ancaman kepunahan berang-berang

Sekarang ini berbagai ancaman telah semakin banyak yang diterima oleh berang-berang. Ancaman-ancaman tersebut yaitu:

1)       Perusakan habitat

Lahan basah sebagai habitat berang-berang sekarang ini terancam oleh perubahan penggunaan lahan seperti pembukaan perkebunan sawit besar-besaran di daerah rawa, pembangunan pemukiman serta pembangunan waduk dan saluran irigasi yang dibeton sehingga tidak menyediakan tempat bagi berang-berang untuk bersarang. Pertambangan pasir dan emas juga telah merusak ekosistem sungai.

2)       Berkurangnya sumber makanan

Polusi dan sampah pada badan-badan perairan telah membuat pengurangan ikan dan hewan mangsa lainnya. Pemanenan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti sentrum dan racun juga sangat memberikan andil dalam berkurangnya jumlah ikan.

3)       Perburuan

Karena dianggap hama oleh petani ikan, berang-berang sering kali diburu dan dibunuh. Setiap perjumpaan dengan manusia, maka bisa berdampak kematian bagi berang-berang ini. Berbagai macam bentuk perburuan dilakukan oleh manusia seperti menggunakan anjing buru, ditembak dengan senapan, dijerat dengan berbagai macam tipe jeratan, diasapi lubang sarangnya dan berbagai cara lainnya.

Tapir (Tapirus indicus)


Tapir (Tapirus indicus) merupakan satwa berkuku ganjil seperti kuda dan badak mempunyai belalai yang kuat meskipun tidak begitu panjang, kaki pendek dan tegak. Warna kulit terbagi menjadi 2 bagian yaitu hitam dan putih sedangkan bayi tapir warna kulitnya coklat bergaris totol-totol putih horisontal. Habitatnya di hutan tropika, wilayah Burma, Thailand, Semenanjung Indocina dan Sumatera.

Tari Persembahan


Dahulu Tari Persembahan adalah tarian wanita kraton Kutai Kartanegara, namun akhirnya tarian ini boleh ditarikan siapa saja. Tarian yang diiringi musik gamelan ini, khusus dipersembahkan kepada tamu-tamu yang datang berkunjung ke Kutai dalam suatu upacara resmi. Penari tidak terbatas jumlahnya, makin banyak penarinya dianggap makin bagus.

Tari Ganjur


Tari Ganjur merupakan tarian pria istana yang ditarikan secara berpasangan dengan menggunakan alat yang bernama Ganjur (gada yang terbuat dari kain dan memiliki tangkai untuk memegang). Tarian ini diiringi oleh musik gamelan dan ditarikan pada upacara penobatan raja, pesta perkawinan, penyambutan tamu kerajaan, kelahiran dan khitanan keluarga kerajaan. Tarian ini banyak mendapat pengaruh dari unsur-unsur gerak tari Jawa (gaya Yogya dan Solo).

Tari Kanjar

Tari Kanjar pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan Tari Ganjur, hanya saja tarian ini ditarikan oleh pria dan wanita dan gerakannya sedikit lebih lincah. Komposisi tariannya agak lebih bebas dan tidak terlalu ketat dengan suatu pola, sehingga tarian ini dapat disamakan seperti tari pergaulan. Tari Kanjar dalam penyajiannya biasanya didahului oleh Tari Persembahan, karena tarian ini juga untuk menghormati tamu dan termasuk sebagai tari pergaulan.

Tari Topeng Kutai

Tari Topeng Kutai asal mulanya memiliki hubungan dengan seni tari dalam Kerajaan Singosari dan Kediri, namun gerak tari dan irama gamelan yang mengiringinya sedikit berbeda dengan yang terdapat di Kerajaan Singosari dan Kediri. Sedangkan cerita yang dibawakan dalam tarian ini tidak begitu banyak perbedaannya, demikian pula dengan kostum penarinya.

Tari Topeng Kutai terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:
  1. Penembe 
  2. Kemindhu
  3. Patih
  4. Temenggung
  5. Kelana
  6. Wirun
  7. Gunung Sari
  8. Panji
  9. Rangga
  10. Togoq
  11. Bota 
  12. Tembam
Tari Topeng Kutai hanya disajikan untuk kalangan kraton saja, sebagai hiburan keluarga dengan penari-penari tertentu. Tarian ini juga biasanya dipersembahkan pada acara penobatan raja, perkawinan, kelahiran dan penyambutan tamu kraton.

Tari Dewa Memanah


Tari Dewa Memanah adalah tarian yang berasal dari daerah Kutai dan dilakukan oleh kepala Ponggawa dengan mempergunakan sebuah busur beserta anak panahnya yang berujung lima. Ponggawa akan mengelilingi tempat upacara, sambil mengayunkan panah dan busurnya keatas dan kebawah, disertai pula dengan bememang (membaca mantra) yang isinya meminta pada dewa agar dewa-dewa mengusir roh-roh jahat, dan meminta ketentraman, kesuburan, kesejahteraan untuk rakyat.

Tari Baraga' Bagantar

Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

Tari Ngerangkau

Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar, sehingga menimbulkan irama tertentu.

Tari Datun

Tari Datun adalah tarian yang merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, bisa 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.

Tari Pecuk Kina

Tari Pecuk Kina adalah tarian yang menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.

Tari Kuyang

Tari Kuyang adalah sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

Tari Belian Bawo

Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.

Tari Serumpai

Tari Serumpai adalah tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).

Tari Hudoq Kita

Tarian Hudoq Kita dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok antara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.

Tari Hudoq

Tari Hydoq adalah tarian yang dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.

Tari Leleng

Tari Leleng adalah tarian yang menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.

Tari Kancet Lasan

Tari Kancet Lasan menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. 

Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

Tari Kancet Ledo

Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. 
 
Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

Tari Kancet Pepatai

Tari Kancat Papatai adalah tarian yang menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari.  

Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

Tari Gantar

Tari Gantar adalah tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk, sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. 
 
Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

Centaurus


Centaurus (bahasa Yunani: Κένταυροι ; Kéntauroi) adalah bangsa makhluk legendaris, makhluk setengah manusia setengah binatang yang dilukiskan berwujud manusia dari kepala sampai pinggang namun bagian tubuh ke bawah berwujud kuda (manusia-kuda). Centaurus muncul secara individual atau berkelompok dalam kisah-kisah Yunani kuno, seperti pada kisah penculikan Deianira oleh Nessus dan kisah perkawinan Pirithous. Centaurus individual yang terkenal adalah Nessus, Chiron, Pholus, Eurytion. Semuanya muncul dalam kisah-kisah Hercules.

Cerberus (Kerberos)


 
Cerberus atau Kerberos ( Yunani: Κέρβερος, Kerberos, "iblis dari liang") adalah makhluk dari mitologi Yunani, hewan peliharaan Hades. Cerberus digambarkan sebagai anjing berkepala tiga yang mampu menyemburkan api. Awalnya Ia hanyalah seekor anjing kecil yang lucu namun ketika ia besar menjadi berkepala tiga dan mampu menyemburkan api. Ia merupakan penguasa dunia arwah. Tujuanya untuk menjaga agar tidak ada arwah yang melarikan diri dari dunia arwah.Cerberus juga mempunyai kemampuan melacak dan menemukan arwah-arwah yang melarikan diri.

Sleipnir



Sleipnir adalah seekor kuda dalam mitologi Yunani yang memiliki delapan buah kaki, enam kaki di depan dan dua kaki di belakang. Ke enam kaki depannya merupakan senjata yang ganas bagi Sleipnir, saat berperang. Sleipnir lahir dari seekor kuda betina putih bernama Loki dengan kuda Svadilfari.

Setelah Loki kembali dari membentuk alam, ia menyerahkan Sleipnir, anaknya, kepada dewa Odin, untuk dirawat dan dibesarkan. Loki juga menyampaikan bahwa Sleipni adalah kuda yang mampu berlari lebih cepat dibanding kuda mana pun, bahkan ia mampu melewati darat, laut dan udara, bahkan juga memiliki kekuatan untuk menembus alam kematian dan kembali lagi.

Ekornya tampak pendek, tetapi bukan karena dipotong, tetapi diikat pada dirinya sendiri, supaya tidak mengganggu dan tidak dijadikan sebagai peganggan, saat pertempuran.

Hydra



Hydra merupakan mitos dari Yunani kuno. Monster ini berbentuk ular atau naga yang memiliki sembilan buah kepala. Setiap salah satu kepalanya dipotong, maka kepala tersebut akan tumbuh/membentuk dua buah kepala yang baru. Dikisahkan bahwa Herkules pernah mengalahkan Hydra. Herkules membakar delapan dari sembilan kepala itu, sebelum menguburkan kepala yang terakhir (yang abadi) di bawah batu.

Ekhidna


Ekhidna (Bahasa Yunani: Ἔχιδνα) adalah monster dalam mitologi Yunani. Namanya berarti "wanita ular". Ekhidna disebut sebagai "Ibu dari Semua Monster". Ekhidna bersarang di sebuah gua yang disebut Arima. Hesiod menggambarkan Ekhidna sebagai monster raksasa yang bersama pasangannya, Typhoeus atau Typhon, melahirkan berbagai monster mengerikan di mitologi Yunani. Ekhidna kemungkinan adalah keturunan dari Tartarus dan Gaia, atau Ceto dan Phorcys. Tubuh bagian atasnya adalah wanita tapi bagian bawahnya adalah ular. Ekhidna juga sering digambarkan bersayap atau memiliki dua ekor.

Medusa


Medusa (Bahasa Yunani: Μέδουσα (Médousa), berarti "penjaga" atau "pelindung") adalah seorang wanita cantik dengan ular sebagai rambutnya. Siapapun yang menatap langsung pada matanya akan berubah menjadi batu. Medusa tewas di tangan Perseus, yang kemudian menggunakan kepalanya sebagai senjata sebelum diberikan kepada Athena untuk ditempatkan pada perisai Aegis.

Siren


Siren atau ‘’’Seirenes’’’ (bahasa Yunani: Σειρῆνας) adalah makhluk legendaris, termasuk kaum Naiad (salah satu kaum Nymph yang hidup di air) yang hidup di lautan. Mereka tinggal di sebuah pulau yang bernama Sirenum Scopuli, atau menurut beberapa tradisi berbeda mereka tinggal di tanjung Pelorum, pulau Anthemusa, pulau Sirenusian dekat Paestum, atau di Capreae, yang mana semuanya adalah tempat-tempat yang dikelilingi oleh batu karang dan tebing. Mereka menyanyikan lagu-lagu memikat hati yang membuat para pelayar yang mendengarnya menjadi terbuai sehingga kapal mereka menabrak karang dan tenggelam. Diduga mereka adalah puteri-puteri Achelous (dengan Terpischore, Melpomene, atau Sterope) atau Porchys.

Mermaid

 
Mermaid adalah makhluk air yang memiliki kepala dan tubuh layaknya seorang perempuan dan ekor menyerupai ikan. Ikan duyung hidup di dasar laut dan dikatakan merupakan seorang puteri yang telah disumpah sebahagian anggotanya daripada paras pinggang hingga ke kaki menjadi ikan. Puteri duyung merupakan makhluk legendaris yang ceritanya sudah beredar berabad-abad yang lalu. Dalam mitologi Yunani, ikan duyung dikatakan selalu menggoda para pelaut yang lalai. Siapa yang tergoda akan menemui ajalnya. Masyarakat Babilonia pula menyembah puteri duyung sebagai dewa laut yang dikenal sebagai Ea atau Oannes. Oannes digambarkan sebagai duyung jantan.

Chimaera


Chimaera (bahasa Yunani: Χίμαιρα; Chímaira) adalah makhluk legendaris dari mitologi Yunani yang merupakan gabungan dari tiga hewan: ular, kambing, dan singa. Berbadan kambing, berekor naga atau ular, dan berkepala singa. Chimaera mampu menyemburkan api dari hidung dan mulutnya. Kadang-kadang Chimaera menjadi lambang kekuatan setan. Menurut mitologi, Chimaera merupakan puteri dari Typhon dan Echidna, dan bersaudara dengan beberapa monster dalam legenda, seperti anjing Cerberus dan Hydra dari danau Lernae.

Erinyes


Erinyes (Bahasa Yunani: Ἐρινύες) atau Eumenídes (Εὐμενίδες) atau Dirae dalam mitologi Romawi adalah dewi kemarahan dan pembalasan. Erinyes berjumlah tiga dewi: Alekto, Tisifone, dan Megaera. Mereka dilahirkan dari Gaia dan darah Uranus. Bila ada orang yang membunuh orang tuanya maka para Erinyes akan mengejarnya dan membuatnya gila. mereka sering digambarkan dengan ular di kepala mereka, darah keluar dari mata mereka dan terlihat sangat menakutkan. Para Erinyes juga bertugas menyiksa roh orang jahat di dunia bawah

Tari Merak

Tari Merak merupakan tarian kreasi baru yang diciptakan oleh seorang koreografer bernama Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950an, dan tahun 1965 dibuat koreografi barunya oleh Dra. Irawati Durban Arjon dan direvisi kembali pada tahun 1985 dan diajarkan kepada Romanita Santoso pada tahun 1993.

Tari Merak sebenarnya menggambarkan tentang tingkah laku burung merak jantan yang memiliki keindahan bulu ekor, sehingga banyak orang yang salah memperkirakan bahwa tarian ini tentang tingkah laku merak betina. Seperti burung-burung lainnya, burung merak jantan akan berlomba-lomba menampilkan keindahan ekornya untuk menarik hati merak betina. Merak jantan yang pesolek akan melenggang dengan bangga mempertontonkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna-warni untuk mencari pasangannya, dengan gayanya yang anggun dan memesona. 

Tingkah laku burung merak inilah yang divisualisasikan menjadi tarian merak yang menggambarkan keceriaan dan keanggunan gerak. Pesona bulu ekornya yang berwarna-warni diimplementasikan dalam kostum yang indah dengan sayap yang seluruhnya dihiasi payet, dan hiasan kepala (mahkota) yang disebut “siger” dengan hiasan berbentuk kepala burung merak yang akan bergoyang mengikuti gerakan kepala sang penari.

Tarian ini sendiri banyak ditarikan di beberapa event, baik nasional maupun internasional seperti perkenalan budaya di luar negeri. Bahkan Tari Merak pun ditampilkan sebagai tari persembahan dan penyambutan pengantin.

Tari Remo


Tari Remo berasal dari Jombang, Jatim. Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan ludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan bagi tamu kehormatan atau ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah. 

Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.

Tarian ini ditarikan oleh satu atau beberapa penari dan mengambarkan ungkapan patriotis (kepahlawanan) pemuda Jawa Timur. oleh karenanya gerakan yang terkandung dalam tari Remo sarat dengan semangat perjuangan dan nasionalisme.Gerakan tari remo sangat lugas yakni lugu dan tegas.” Lugu maksudnya diam dalam perkataan namun tegas dalam gerakan terlihat dari gerakan-gerakan dinamis yang mencerminkan semangat Tari Remo.

Pada perkembangannya tari Remo merupakan tari selamat datang khas Jawa Timur yang menggambarkan kharakter dinamis Masyarakat Surabaya / Jawa Timur, yang dikemas sebagai gambaran keberanian seorang pangeran.

Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dalam suatu gending yang terdiri dari bonang, saron, gambang, gender, slentem, siter, seruling, ketuk, kenong, kempul dan gong dengan irama slendro. Irama gending yang biasanya digunakan antara lain irama gending jula-juli Suroboyo tropongan, kadang kadang diteruskan dengan walang kekek,gedong rancak, krucilan atau kreasi baru lainnya.

Busana 


Penarinya menggunakan jenis kostum yaitu sawonggaling atau gaya surabaya yang terdiri dari bagian atas hitam yang menghadirkan pakaian abad 18,celana bludru hitam dengan hiasan emas dan batik.dipinggang ada sebuah sabuk dan keris .dipaha kanan ada selendang menggantung sampai kemata kaki. Penari perempuan memakai simpul (sanggul)di rambutnya. Di sebutkan bahwa tarian remo ini di promosikan sekitar tahun1900, yang kemudian dimanfaatkan oleh nasionalis Indonesia untuk berkomunikasi kepada masyarakat.

Wednesday 28 September 2011

Burung Elang


Elang dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar, memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar, paruh yang besar dan tajam, serta kuku yang kuat. Elang juga memiliki penglihatan tajam untuk melihat mangsa dari jarak yang jauh. Dengan kemampuan seperti ini, elang menempatkan dirinya berada di puncak rantai makanan pada ekosistem dimana dia berada.


Kebanyakan elang merupakan penghuni dunia lama. Seluruh jenis elang termasuk ke dalam ordo Falconiformes (atau Accitriformes, menurut skema klasifikasi alternatif). Hampir seluruh Falconiformes pemakan daging (karnivora). Elang memiliki rentang umur yang panjang, dan laju reproduksi yang rendah. Seluruh elang berpasangan secara monogami.


Struktur rangka dan otot elang yang unik membuat burung ini memiliki kemampuan terbang jarak jauh, elang Steppe mampu menempuh jarak sejauh 4000 mil dari kawasan Asia tengah hingga ke kawasan Afrika. Tulang pada burung elang (dan burung-burung besar seperti albatros atau vulture) memiliki sifat pneumatic (rangka memiliki rongga yang dipenuhi oleh udara). Selain sifat tulang, kemampuan terbang jarak jauh juga ditunjang oleh modifikasi otot dan sayap. Berat otot pada burung elang terletak pada pusat gravitasinya, sayap berukuran besar dan lebar untuk memudahkan aliran udara menaikkan tubuhnya. 

Sifat tulang, berat otot, dan ukuran sayap yang unik ini membuat elang dengan bobot 7 Kg menjadi seringan bulu ketika terbang. Selain itu juga dapat membuat elang mampu terbang tanpa mengepakkan sayapnya. Kita dapat lihat ketika elang soaring di udara, sayapnya terbentang dengan lebar tanpa dikepakkan. Sayap dikepakkan biasanya untuk menambah kecepatan terbang, terutama ketika berburu mangsa.

Elang Tawny (Aquila rapax)


Elang Tawny termasuk kedalam famili Accipitridae. Memiliki panjang tubuh 62-72 cm, dan rentang sayap 165-185 cm. Kepala dan tubuh bagian bawah berwarna coklat muda. Tubuh bagian atas memiliki warna bervariasi, mulai dari coklat tua hingga coklat kepucat-pucatan. Ujung sayap berwarna putih. Betinanya berukuran lebih besar daripada jantan. Paruh memiliki bercak hitam pada ujungnya.

Burung ini berkembang biak sebagian besar di Afrika, sebelah utara dan selatan gurun Sahara, dan sepanjang barat daya tropis Asia hingga India. Elang Tawny lebih menyukai habitat terbuka seperti gurun, semi-gurun, stepa, atau savana, dari ketinggan 0 m dpl hingga ketinggan 2400 m dpl. 

Burung ini bersarang antara bulan Maret dan Juli pada batang pohon yang besar, biasanya dari keluarga Akasia, atau pada permukaan tanah. Telur yang dihasilkan berjumlah 1-3 telur, dengan masa inkubasi 39-44 hari.

Elang Tawny memakan bangkai dari sisa makanan hyena atau burung kondor, mencuri makanan pemangsa lain, memangsa mamalia dari ukuran sebesar kelinci hingga tikus, serta memangsa reptil seperti ular.
Elang Tawny mengeluarkan suara “kyow” melengking seperti gagak. tetapi secara umum burung ini termasuk pendiam, kecuali ketika display.

Elang Filipina (Pithecophaga jefferyi)

Elang Filipina digolongkan ke dalam famili Accipitridae. Kepala burung ini memiliki bulu yang panjang sehingga menyerupai kepala singa. Tubuh bagian atas berwarna coklat, dan tubuh bagian bawah berwarna putih. Betina berukuran rata-rata panjang 1 m, berat 7 kg, dan panjang sayap mencapai 2 m. Paruh berwarna hitam.




Elang Filipina merupakan salah satu burung raptor hutan terbesar dan terkuat di dunia. Tetapi elang ini juga merupakan elang terlangka di dunia. Elang ini endemik di Filipina, khususnya di pulau Luzon, Samar, Leyte, dan Mindanao. Habitatnya pada hutan tropis dari ketinggian 750 m hingga 1590 m.

Elang Filipina memiliki pasangan monogami seumur hidup. Sarang biasanya di pohon-pohon dipterokarp yang emergen, letak sarangnya antara 27 m hingga 50 m dari atas tanah. Dimensi sarangnya antara 1,2 x 1,2 m hingga 1,2 x 1,7 m.

Betina menghasilkan 1 telur setiap berbiak, dengan masa inkubasi 58-68 hari. Burung dewasa akan menjaga telur dan anaknya selama 20 bulan, sehingga masa berbiak hanya bisa dilakukan setahun sekali. Betina mencapai usia matang seksual pada umur sekitar 5 tahun, dan jantan 7 tahun.


Rentang umur elang Filipina di alam liarnya tidak diketahui. Namun dari hasil pengamatan terhadap elang Filipina yang dikandangkan, memiliki umur hingga 41 tahun. Tetapi karena keadaan di alam liar lebih tidak terkontrol dibandingkan dengan keadaan di kandang, diperkirakan umur elang ini di alam liar lebih pendek daripada elang Filipina yang dikandangkan.


Makanan elang ini bervariasi antara jenis dan ukuran mulai dari monyet, bajing loncat, kelelawar, hingga burung berukuran besar seperti rangkong. burung juvenil belajar berburu tanpa intervensi dari parentalnya. Elang Filipina merupakan pemangsa oportunis dengan preferensi mangsa adalah spesies-spesies yang hidup di atas pohon.

Ketika akan berbiak, perilaku display di udara mulai dilakukan. Perilaku seperti soaring berpasangan, kejar-kejaran (betina terjun diagonal di ikuti oleh jantan mengejar dari belakang), dan presentasi talon berpasangan, tercatat selama pengamatan pada sepasang elang Filipina pada awal juli 1999. 

Rentang umur elang Filipina di alam liarnya tidak diketahui. Namun dari hasil pengamatan terhadap elang Filipina yang dikandangkan, memiliki umur hingga 41 tahun. Tetapi karena keadaan di alam liar lebih tidak terkontrol dibandingkan dengan keadaan di kandang, diperkirakan umur elang ini di alam liar lebih pendek daripada elang Filipina yang dikandangkan.

Elang Hitam Putih (Blyth Hawk Eagle; Spizaetus alboniger)

Burung berukuran sedang dengan panjang tubuh 51-58 cm. Dewasa memiliki garis pita hitam pada ekor, tubuh bagian atas berwarna hitam, strip hitam putih pada dada, dan memiliki jambul di kepala.

Elang hitam putih tergolong ke dalam famili Accipitridae. Distribusinya tersebar di semenanjung Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan. Habitatnya pada hutan terbuka, bukit dan hutan pegunungan hingga ketinggian 1980 m dpl.

Elang Steppe (Aquila nipalensis)

Burung ini memiliki panjang tubuh 62-74 cm, dan rentang sayap 165-190 cm. Perbedaannya dengan elang Tawny adalah ukurannya yang besar dan warna bulunya yang lebih gelap. Berat tubuhnya antara 2500-4000 gram.


Seperti elang lainnya, elang Steppe tergolong ke dalam famili Accipitridae. Burung ini bermigrasi pada musim dingin dari Rumania timur hingga Mongolia ke India dan Afrika. Elang Steppe menyukai habitat terbuka seperti gurun, semi-gurun, stepa, atau savana. Burung ini hampir identik dengan elang Tawny, kecuali secara morfologi.
 

Elang Emas (Aquila chrysaetos)

Elang emas memiliki panjang tubuh rata-rata 75-85 cm, rentang sayap 150-210 cm, dan berat tubuh 3-5 Kg. Secara umum betina lebih besar daripada yang jantan. Tubuhnya berwarna coklat tua, kecuali pada leher dan kaki berwarna emas, serta pada bagian tengah sayap berwarna coklat muda.

Habitat

Habitat elang emas bervariasi dari hutan pegunungan yang lembab hingga padang rumput. Burung ini terdistribusi di Eropa dan Asia. Sarangnya berada di tebing atau di pohon-pohon yang tinggi. Ukuran sarangnya mencapai diameter 2 m dan tinggi 1 m.


Elang emas berpasangan secara monogami seumur hidup. Betina mengeluarkan telur antara bulan Januari dan Maret. Telur akan menetas setelah 45 hari. Anakan diberi makan oleh induknya sebelum mampu melakukan percobaan terbang selama 50 hari pertama.

Perburuan 

Elang emas berburu secara berpasangan. Pasangan yang satu memojokkan mangsa, dan pasangan lainnya menangkap mangsa. Mangsa burung ini sebagian besar adalah mamalia berukuran sedang seperti marmut dan tikus, rubah, dan rusa muda.

Burung Beo

 Update : 04/12/11


Beo, mamiang, atau tiong emas (Gracula) adalah sejenis burung anggota suku Sturnidae (jalak dan kerabatnya). Wilayah persebaran alaminya adalah mulai dari Sri Lanka, India, Himalaya, ke timur hingga Filipina, Jawa hingga kepulauan Sunda kecil, Flores dan Nias. Karena kemampuannya menirukan bahasa manusia, burung ini menjadi hewan peliharaan populer.
Beo (Gracula) dibagi menjadi empat subspesies. Antara lain :
  • Beo Biasa, Gracula religiosa
  • Beo Enggano, Gracula enganensis,
  • Beo Nias, Gracula robusta,
  • Beo Sri Lanka, Gracula ptilogenys,
Beo biasa terdiri dari subspesies: Gracula religiosa andamanensis Beavan 1867 – Beo Andaman. Kepulauan Andaman dan Nicobar.
  • Gracula religiosa batuensis – Beo Kepulauan Batu and Mentawai
  • Gracula religiosa halibrecta Oberholser 1926 – Beo Nikobar besar.
  • Gracula religiosa intermedia – Beo Indocina. Tersebar dari barat laut Indocina, timur laut India, hingga selatan Cina.
  • Gracula religiosa palawanensis – Beo Pulau Palawan, Filipina.
  • Gracula religiosa peninsularis – Beo Bastar. India tengah.
  • Gracula religiosa religiosa – Beo Kepulauan Sunda Besar.
  • Gracula religiosa venerata – Beo Kepulauan Sunda Kecil.
  • Gracula religiosa mertensii – Beo Pulau Flores
Beo adalah burung piaraan yang sangat digemari orang karena kepandaiannya berbicara. Di alam, jenis burung ini hidup di hutan-hutan basah, terutama di bukit-bukit dataran rendah sampai daerah ketinggian 1000-2000 m di atas permukaan laut. Beo menyukai buah-buahan yang berdaging tebal dan tidak keras. Ia juga meminum nektar bunga. Untuk memenuhi kebutuhan protein burung beo makan serangga seperti belalang, jangkrik, capung dan telur semut. Beo bertelur dua sampai tiga butir setiap musim bertelur. Burung ini adalah burung yang tampak gagah & tampan, ukurannya agak lebih besar dari beo biasa & tubuhnya lebih kekar. Pilihan Beo Nias menjadi identitas Sumatera Utara memang tepat, karena burung ini hanya terdapat di Pulau Nias. Burung ini adalah penghuni hutan dan tinggal pada tajuk pohon yang tinggi. Beo ini mempunyai peran sebagai pemencar biji di hutan.

Beo Nias (Gracula religiosa robusta)

Beo nias (sering disebut juga sebagai Ciong atau Tiong; Inggris, Common Hill Myna) merupakan salah satu subspesies (anak jenis) burung beo yang hanya terdapat (endemik) di pulau Nias, Sumatera Utara. Beo nias yang mempunyai ukuran paling besar dibandingkan subspesies beo lainnya paling populer dan banyak diminati oleh para penggemar burung beo lantaran kepandaiannya dalam menirukan berbagai macam suara termasuk ucapan manusia. Sayang, beo nias yang endemik Sumatera Utara ini semakin hari semakin langka.

Ciri dan Tingkah Laku Beo Nias. 

Beo nias (Gracula religiosa robusta) termasuk burung berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 40 cm. Ukuran beo nias lebih besar dari pada jenis beo lainnya. 

Bagian kepala burung beo nias berbulu pendek. Sepanjang cuping telinga beo nias menyatu di belakang kepala yang bentuknya menggelambir ke arah leher. Gelambir cuping telinga ini berwarna kuning mencolok.

Di bagian kepala beo nias juga terdapat sepasang pial yang berwarna kuning dan terdapat di sisi kepala. Iris mata burung endemik ini berwarna coklat gelap. Paruhnya runcing berwarna kuning agak oranye. Hampir seluruh badan beo nias tertutup bulu yang berwarna hitam pekat, kecuali pada bagian sayap yang berbulu putih. Kaki burung endemik nias ini berwarna kuning dengan jari-jari berjumlah empat. Tiga jari di antaranya menghadap ke depan, sedangkan sisanya menghadap ke belakang. 

Beo nias (Gracula religiosa robusta) hidup secara berpasangan atau berkelompok. Burung pengicau endemik pulau Nias ini biasa bersarang dengan membuat lubang pada batang pohon yang tinggi dan tegak. Burung beo nias adalah pemakan buah-buahan dan sesekali memakan serangga. 

Ciri yang membedakan burung beo nias dengan jenis beo lainnya adalah ukuran tubuhnya yang lebih besar serta sepasang gelambir cuping telinga berwarna kuning pada Beo Nias yang menyatu sedangkan beo biasa terpisah.

Habitat dan Persebaran.

Burung beo nias (Gracula religiosa robusta) merupakan satwa endemik Sumatera Utara yang hanya bisa dijumpai di Pulau Nias dan sekitarnya seperti Pulau Babi, Pulau Tuangku, Pulau Simo dan Pulau Bangkaru.

Burung beo nias menyukai hutan yang dekat perkampungan atau tempat terbuka pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter dpl. sebagai habitatnya.

Populasi dan Konservasi. 

Populasi burung endemik yang menjadi fauna identitas Sumatera Utara ini hingga sekarang tidak diketahu dengan pasti. Namun yang pasti semakin hari burung pengicau ini semakin sulit ditemukan di alam liar. Bahkan IPB bersama Kementerian Kehutanan yang pernah melakukan penelitian dari 1996-1997 hanya bisa menemukan 7 ekor burung beo nias saja.

Burung Beo Kecil

Beo Kecil
Burung beo kecil hanya berkembang biak di daerah kecil di Tasmania barat dan bermigrasi ke daerah pantai di Australia selatan-timur di musim dingin.


Sayangnya saat ini populasi di habitat liarnya mungkin kurang lebih hanya sekitar 150 ekor dan terus menurun. Ini mungkin disebabkan oleh hilangnya habitat musim dingin yang membuat burung ini bisa bertahan, sebagai akibat dari pertanian dan pembangunan perkotaan dan industri.


Melatih Beo Bicara 

Melatih burung beo bicara memerlukan rasa kasih sayang, kesabaran, dan konsisten. Burung yang masih kecil pada umumnya jauh lebih mudah dilatih dari pada burung yang sudah besar.

Kasih sayang 

Hampir semua binatang peliharaan memerlukan perhatian dan kasih sayang dari majikannya. Perhatian dan kasih sayang ini akan dibalas olehnya misalnya ditunjukkan pada saat si majikan akan pergi dari atau pulang ke rumah. Sebaliknya apabila si majikan tidak memperhatikan atau menunjukkan kasih sayangnya maka merekapun tidak akan peduli terhadap apa yang diinginkan oleh majikannya. Dengan demikian diperlukan kesungguhan tanpa syarat untuk menerima mereka apapun hasilnya apakah nantinya mereka akan bicara atau tidak. Burung kakatua disamping pintar juga terkenal sangat sensitif. Konon mereka dapat mempengaruhi Anda apabila mereka telah mengenal Anda. 

Kesabaran 

Seperti halnya melatih anak kecil untuk belajar berbicara, maka diperlukan kesabaran. Latihan sebaiknya dilakukan secara bertahap dan janganlah membuat target waktu yang pada akhirnya hanya akan menjadi beban berupa kekecewaan apabila harapan ternyata tidak terwujud. Perasaan kecewa juga dapat menimpa si burung kecil yang punya perasaan sensitif. Siapa tahu ketidaktaatan pada perintah adalah sebagai reaksi karena kecewa pada sikap Anda. Hendaknya selalu diingat bahwa bagaimanapun seekor burung tidak mungkin dapat disamakan dengan anak kecil yang dalam suatu periode waktu tertentu sudah dapat berbicara. 

Konsisten 

Methode pelatihan harus dilakukan secara konsisten dan disertai dengan ketulusan. Setiap perkataan atau phrase yang diajarkan harus ditunjang oleh arti atau tanda yang membedakannya dari perkataan yang lain. Sebagai contoh, pada waktu matahari terbit secara rutin dan berulang-ulang ucapkanlah "Selamat pagi" dan pada waktu matahari terbenam ucapkanlah "Selamat malam". Dari perbedaan waktu pagi dan malam si burung akan menyadari perbedaan arti dari ke dua perkataan tersebut. Janganlah dicampur adukkan yang akan membuat dia menjadi bingung. 

Contoh-contoh yang lain adalah:
  • Katakan "Mandi dulu!" pada saat dia akan dimandikan dan jangan mengatakan kata itu apabila tidak akan dimandikan.
  • Katakan "Ada tamu" pada saat menerima tamu, atau katakan "Sepi sekali" apabila tidak ada orang.
  • Katakan "Mau brokoli?" saat dia dikasi makan brokoli. Apabila dia tidak mau makan dan makanan tersebut dikeluarkan lagi katakan "Tidak mau?", atau apabila terus disimpan didekatnya katakan "Buat nanti ya!"
  • Katakan "Selamat tinggal" pada waktu mau pergi lama misalnya pergi bekerja dan apabila akan segera kembali katakan "Sebentar nanti kembali".

Sebelum mahir benar janganlah diajak dulu bercanda, misalnya menawarkan makanan tapi tidak jadi diberikan. Sebaiknya dihindarkan hal-hal yang menjurus atau akan menyebabkan dia mengeluarkan kata-kata jorok seperti menempatkannya di dekat kamar mandi.