Sunday 27 January 2013

Acute Respratory Distress Syndrome (ARDS)

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah kegagalan sistem pernapasan secara acut yang dapat terjadi pada setiap orang dengan penyakit kritis, mulai dari usia 1 tahun. ARDS ditandai dengan pernapasan yang cepat, sulit bernapas dan kadar oksigen darah yang rendah.

ARDS biasanya berkembang pada penderita-penderita dengan kondisi-kondisi yang kritis akibat berbagai penyakit atau karena trauma yang mengakibatkan cedera yang berat. Penderita-penderita ini biasanya mengalami ARDS setelah mereka di rawat di rumah sakit, oleh karena shock, sepsis atau trauma.

ARDS merupakan kondisi yang "life threatening", karena berbagai organ tubuh kita sangat membutuhkan aliran darah yang sangat kaya dengan oksigen agar dapat berfungsi dengan baik. Bersyukurlah bahwa dengan kemajuan terapi pada akhir-akhir ini, banyak penderita dengan kasus ARDS dapat terselamatkan.

Jika seseorang mengalami ARDS, fungsi paru akan menjadi "normal" kembali atau mendekati "normal" membutuhkan waktu beberapa bulan. Tetapi pada beberapa orang, setelah mengalami ARDS, akan mengalami kecacatan pada organ parunya atau mungkin di luar organ paru.

Normalnya, udara yang kita hirup saat bernapas, akan masuk ke paru sampai ke alveoli. Pada dinding-dinding alveoli ini, berjalan pembuluh darah kapiler, yang akan mengambil oksigen dari alveoli dan melepaskan karbon dioksida ke alveoli.

Pada penderita ARDS, terjadi kebocoran pada dinding pembuluh darah di paru, dan alveoli terisi oleh cairan yang melebihi kondisi normal, sehingga menghalangi pertukaran udara, khususnya oksigen, dari alveoli ke pembuluh darah kapiler dan sebaliknya.  Akibatnya berbagai organ tubuh akan mengalami kekurangan oksigen, yang pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan pada fungsi organ tersebut.

Di Amerika angka kejadian ARDS dapat mencapai 190.000 kasus per tahun dan 30% diantaranya berakibat fatal. Bersyukurlah bahwa dengan kemajuan terapi saat ini, angka kematian akibat ARDS sudah sangat menurun dibanding 20 tahun yang lalu, yang saat itu angka kematiannya bisa mencapai 50 - 70% kasus.

Penderita-penderita ARDS, baik akibat trauma maupun infeksi memiliki prognosa yang lebih baik dibanding penderita-penderita yang mengalami sepsis.

Penyebab ARDS:
  • Sepsis
  • Trauma
  • Pneumonia atau infeksi paru lainnya
  • Transfusi darah massive
  • Penggunaan Narkotik atau Sedative yang berlebihan
  • Overdosis antidepressan trisiklik
  • Shock, dll
Gejala dan tanda-tanda
  • Sesak napas
  • Pernapasan cepat
  • Kadar oksigen darah rendah
  • Batuk dan panas tinggi, khususnya bila disebabkan oleh infeksi
  • Tekanan darah menurun
  • Kesadaran menurun
  • Badan lemah
Diagnosis

Diagnosa ARDS didasarkan pada hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan gas darah, kultur darah untuk mennetukan penyabab infeksi, foto dada, kalau perlu sampai CT Scan. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan suara napas abnormal, akibat adanya caiaran di dalam alveoli yang berlebih, dimana hal ini juga menjadi petunjuk adanya fungsi jantung dan ginjal yang juga tidak bekerja dengan baik.

Terapi

Penderita ARDS hendaknya di rawat di ruang rawat intensif. Tidak ada terapi yang spesifik untuk ARDS, meski demikian terapi yang ditujukan pada penyebab terjadinya ARDS, akan sangat membantu. Kadang penderita membutuhkan bantuan dari alat bantu napas (mesin ventilator) dan terapi oksigen.
Pemberian cairan dan vasopressor perlu dipertimbangkan pada penderita yang mengalami shock. Antibiotik diberikan pada penderita yang mengalami infeksi. Pemberian steroid sampai saat ini masih menjadi pertentangan.

No comments:

Post a Comment